Minggu, 29 Juni 2014

pesan untuk seseorang..

yah mungkin terlalu berlebihan sampai aku harus membuat pesan yang cukup meragukan, ehm bukan meragukan hanya mengejutkan untuk seseorang.. mungkin orang itu tidak akan membacanya namun, apa salahnya mencoba?

Untuk sahabatku, untuk asa yang sering kau patahkan, harapan yang kau tanggalkan atau doa yang acapkali kau aminkan..

Hai, hari ini memang bukan musim penghujan namun entah mengapa butiran air turun di sore ini, sepertinya terlalu laknat jika aku harus bertanya kabar, sedangkan kita baru saja bertemu. Jaket dan sepatu hitam yang sering kau kenakan... ah terlalu klise untuk aku tuliskan.
kau tahu asa yang diam diam ku pendam menjadi seongok doa yang kadang susah di ucapkan.
Kadang hujan terlalu bangsat untuk di salahkan, datang tiba tiba membawa kabar yang tak pernah ingin aku dengar, oh maaf mungkin aku melupakan sesuatu, entah hujan yang tak sempat memberiku peringatan atau entah dia yang tak berniat memberi kabar.
Aku sadar kita tak lagi memiliki waktu luang lagi, terlebih lagi aku, terlalu sibuk dengan rutinitas ku sendiri, apalagi kita sudah memiliki predikat pelajar menengah atas, ah.. kita kerap terdengar seperti sepasang kekasih, aku senang dengan anggapan itu namun bagaimana dengan mu? aku merasa itu adalah doa dari orang orang di sekitar kita... apakah kau merasakan hal yang sama.. ah jelas saja tidak.. pasti ini hanya perasaan ku saja..
Ya seperti itulah kira kira aku menggambarkan kita. masa yang nyaman setelah apa yang aku lewatkan sendiri. Sekarang, kita masih sama dalam ikatan teman, sahabat atau apalah itu. saat kita bersama pahit sekalipun terasa manis. yah memang beginilah resiko jatuh cinta pada sahabat sendiri yang seharusnya tak pernah aku rasakan, maaf..
santai saja, aku tetap menganggapmu sebagai salah satu bagian hidup paling penting dan berharga, sekalipun carut marut luruh hujaman memoar sering kali memuakkan jika mengingatnya. Bahkan tidak hanya memuakkan rasanya menjadi orang paling bersalah ketika harus mengingat saat dimana aku melanggar sebuah peraturan yang tak seharusnya aku lakukan pada seorang teman. Memendam rasa lebih, seperti itulah.
Aku tahu pundak lain sudah kau pilih, kau jadikan beton sandaran seluruh letih dan kesahmu dan itu bukan aku..
Aku hanya berharap aku akan selalu ikhlas :')